Halo semuanya!
Sebelumnya izinkan gue memperkenalkan diri ke kalian. Gue akrab dikenal dengan panggilan Chai di 255, nama panjang gue Maisa Imanulya Suryaman. Iya, beda 180 derajat dari panggilan. Gue dari angkatan 29, belum jauh dari angkatan yang sekarang belajar di dully, gue sekarang kelas 12 dan sekolah gue terletak di bilangan daerah Cipinang, mungkin ga asing di telinga kalian, SMAN 81.
Kali ini gue mau sharing sama temen-temen dully semua, tentang perjalanan singkat gue menuju SMAN 81 (yang dari sekarang bakal gue sebut lapsat supaya mempermudah) dan mungkin sedikit cuplikan kehidupan gue pribadi di lapsat.
Berdasarkan ingatan gue, perjuangan gue melalui UN (ujian nasional) lumayan membutuhkan banyak energi, khususnya mental gue yang terombang-ambing setiap pulang bimbel. Bimbel gue pas kelas 9 ada di deket 255, ga jauh dari restoran ayam goreng depan dully, mungkin juga banyak dari kalian yang udah targetin buat les di sana. Soal cara belajar gue, gue merasa bimbel banyak membantu saat itu, khususnya untuk tipikal cara belajar gue yang auditori, di mana guru-guru bimbel yang bawel banyak membantu buat kemajuan gue di pembelajaran. Ga pernah bosen juga buat ngejar guru-guru bimbel itu buat belajar sampai ke cabang lain, sampai semua tempat les gue tutup juga. Long story short, sampai di waktu kalau ternyata untuk masuk SMAN bakal ada dua jalur, yang gue tau dulu harusnya jalur umum setelah itu baru lokal, ternyata kedua jalur tersebut ditukar. Informasi itupun didapat angkatan gue selepas kami UN, saat itu juga gue hanya bisa pasrah dan berserah diri karena pilihan utama gue SMAN 8, dan lokasi KK (kartu keluarga) gue bukan di daerah SMA yang gue mau itu. Sampai ke waktu PPDB, ternyata rumor yang beredar terbukti, pendaftaran dimulai dengan jalur lokal terlebih dahulu. Banyak pikiran yang menghantui gue, apa gue harus lepas jalur lokal dan tunggu jalur umum buat daftar ke SMAN 8, atau gue harus melepas kesempatan itu dan langsung ambil jalur aman ke lapsat. Berdasarkan pertimbangan keluarga dan teman-teman baik gue, akhirnya gue mutusin buat langsung daftar jalur lokal dan diterima di lapsat.
Ga butuh waktu lama buat gue sadar dari gue menginjakkan kaki di lapsat, kalau ternyata lapsat jauh dari SMA yang ada dibayangan film-film pas gue kecil. Di kelas 10, gue ada di kelas yang isinya anak-anak dari SMP favorit lainnya yang sama-sama berjuang buat masa depan. Di situ gue baru menyadari bahwa lapsat bukan zona nyaman gue untuk bermain-main, kompetisi yang ada di sana lumayan ngebentuk gue jadi pribadi yang lebih aktif. Kesannya hiperbola, tapi ga sebegitunya juga sih, waktu kelas 11, 90% waktu gue, gue habiskan untuk main-main, dan gue ga menyesali itu sama sekali. Gue juga aktif berorganisasi, bukan di OSIS, ada satu ekstrakulikuler basis organisasi di bidang jurnalistik dan sekarang udah merambah ke content creator, gue join ekskul itu dari kelas 10, dan ketika kelas 11 gue menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi (wapemred) di ekskul itu. Nama ekskul gue itu PIDAS81, gue sangat merekomendasi kalian untuk gabung ke ekskul ini kalau di masa depan nanti kalian berkesempatan menjadi murid di lapsat. Selain itu, gue juga gabung ekskul tari saman, dari dully juga ekskul gue itu saman, jadi gue gamau pengalaman “menari” gue waste gitu aja, bahkan gue sempet ikut serta lomba tari saman ke SMA lain.
Dari cerita gue ini, gue harap pengalaman gue jadi acuan buat kalian dalam memutuskan sesuatu di kedepannya, mulai dari gue yang jadi budak bimbel, gue yang harus ngelepas SMA impian gue meski nilai gue memumpuni, sampai gue yang tiba-tiba jadi sosok yang aktif di kelompok organisasi. Dan dari semua pengalaman gue, ga ada satu pilihan pun yang gue sesali, gue harap kalian semua juga begitu. Sekarang ini gue ada di proses buat mencapai mimpi gue sesungguhnya, masuk universitas jaket kuning, dan untuk temen-temen 255 yang lagi berjuang untuk SMA-nya, gapapa santai aja, apalagi untuk yang kelas 7 dan 8, nikmatin aja waktu lo, dan pastiin belajar untuk ga menyesali pilihan yang udah kalian tentuin.
by Maisa Imanulya Suryaman
Comments